Rabu, 01 Januari 2014

Duar!

            “Tahun baru di Bandung, euy!” sorak Nining. Girang.
            Ini adalah pertama kalinya Nining merasakan hawa tahun baru di Bandung, dengan suasana yang lebih meriah dibanding saat di Desa dulu.
            Beberapa bulan yang lalu, Nining memutuskan untuk tinggal di rumah Bibinya sekaligus melanjutkan jenjang pendidikan sekolah menengahnya ke salah satu SMA terfavorit di Bandung.
            Dan besok, malam pergantian tahun paling beda bagi Nining. Bersama teman baru dan pengalaman baru.
            “Asyik!” jerit Nining, saking senangnya ia sampai melompat-lompat.
***
            “Ning ... Ada temen, tuh” Teriakan Bibinya, langsung di sahut dengan bersemangat.
            “Yeah!”
            Di ayunkan kakinya, setengah berlari menghampiri teman-teman yang sedang berdiri di dekat pagar rumah bercat kuning. Mereka tengah asyik mengobrol sambil menunggu kedatangan Nining.
            “Fika, Salwa, Erin” Ketiga orang yang disebut namanya, langsung menoleh.
            “Hayu, masuk kedalam” Ajak Nining. Ketiga temannya serempak mengagguk dan mengekor Nining yang sudah lebih dulu memasuki pelataran rumah.
            “Ning, kita ngobrolnya di beranda aja, ya” Ujar Fika, di sambut anggukan Salwa dan Erin. “Biar santai” tambah Fika.
            Tak lama kemudian, mereka berempat sudah duduk ber-sila di teras rumah. Bertemankan sepiring cireng dan gehu, serta teh manis hangat.
            “Gini, Ning” Salwa memulai. Tangannya mencomot cireng. Kemudian melahapnya.
            “Kita tuh, kesini buat ngajakin kamu ikut ngerayain Tahun Baru bareng temen-temen di Gasibu” tutur Salwa dengan mulut penuh, cireng di tangannya hanya tinggal separuh.
Mata Nining berbinar, Kebetulan sekali!
“O, ya. Katanya sih, Erza bakalan ikut” Erin menambahkan, lalu menyeruput teh manis dengan nikmat. Nining terdiam sebentar. Menikmati tahun baru bersama Erza? ... kontan saja, Nining jadi bersemangat.
“Aku ikut!” Pekik Nining. Melihat itu, ketinga temannya saling melempar senyum memaklumi.
“Deuh ... semangat banget, nih!” Sindir Salwa.
***
Malam ini begitu dingin, sayup-sayup terdengar lagu dangdut mengalun. Nining teringat suasana malam yang ia lewati di Desa. Jauh lebih sepi, yang terdengar hanyalah suara jangkrik.
Tapi besok, pasti malam hari menjadi lebih meriah. Ingatan Nining kembali pada percakapan tadi siang. Bersama ketiga teman yang baru di kenalnya beberapa bulan lalu.
Angannya melayang, membayangkan sepotong episode malam tahun baru yang romantis bersama Erza, di temani meriahnya suara petasan..
“Cantik ya?” Nining bergumam pelan. Melihat kembang api yang menghias langit malam.
“Tapi kalah sama kecantikan kamu. Kalau kembang api hanya dapat dinikmati kecantikannya saat momen tertentu saja, tapi kamu ... aku bisa menikmati kecantikan kamu setiap waktu”
Nining senyam-senyum sendiri, wajahnya cerah dengan khayalan yang ia ciptakan. Nining belum pernah merasa sebahagia ini, saat menyukai seseorang.
***
Nining menghampiri seorang wanita berusia tiga puluhan yang tengah asyik duduk dengan tangan yang terampil menjahit sebuah pakaian. Perlahan, Nining merangkul wanita itu yang merupakan bibinya.
“Bibi ...” Nining sengaja membuat nada suaranya terdengar manja.
“Hmm ..” Sahut bibinya tanpa sedikit pun mengalihkan pandangan.
“Boleh gak, kalau Nining ikut ngerayain tahun baru bareng temen-temen?” Bibinya mengerutkan kening, tangannya sibuk menaruh kembali alat menjahit ke tempatnya.
“Boleh, ya..?” Nining merajuk. Bibinya menatap lekat ke arah wajah Nining.
“Mau ngerayain dimana, Neng geulis teh?”
“Kata Fika, sih. Di Gasibu”
 Bibinya mengusap bahu Nining perlahan, kepalanya tertunduk. Yang Nining dengar hanyalah sebuah desahan.
“Yeuh, Ning. Bibi rasa, kamu itu sudah besar. Mungkin tau mana yang benar dan yang salah”  
Nining menelan ludah, ia dapat menebak bahwa bibinya tidak mengijinkan.
“Tapi, Bi .. besok itu, malam pertama Nining ngerayain tahun baru di Bandung” Suara Nining lirih.
“Ning ... kalau mau lihat kembang api kan bisa disini”
“Tapi, kan beda” Nining bersikeras. Bibinya menatap wajah keponakan perempuannya dengan penuh kehangatan.
“Ning ... Suasana di Bandung memang beda sama di Desa. Di sini gak seaman yang kamu kira” Kata Bibinya “Daripada ngebuang uang, mending ikut sama Bibi aja. Dengerin Tausyiah sama Perenungan di Puncak tengah malam, sekalian Muhasabah”
Nining melepas rangkulannya. Ia bangkit dan berjalan tanpa mempedulikan panggilan bibinya.
“Nining ... kamu kenapa?”
Ditutup pintu kamar Nining dengan keras, Hingga menhasilkan suara berdebum. Di kamar, ia langsung mengehempaskan diri di atas kasur. Matanya menghangat, dadanya serasa sesak. Dalam bayangannya, besok teman-temannya akan bersuka cita tanpa kehadirannya. Tertawa-tawa dengan riang, dan Erza ...
Hilanglah kesempatanku untuk dekat dengannya, Batin gadis itu.
***
Memiliki nama lengkap Erza Aridya Muse. Cowok blasteran itu, terkenal di kalangan para siswi karena jasanya pada sekolah yang telah membawa banyak piala, juga karena ketampanannya serta senyuman manis yang selalu tersungging pada setiap orang yang berada di sekitarnya. Bisa dibilang ia sangat ramah, ... terlalu ramah malah.
Pertemuan Nining dengan cowok berperawakan tinggi ini, bermula ketika cowok itu tak sengaja menumpahkan minuman pada buku gambar A3 milik Nining. Dengan wajah panik, cowok itu berjanji akan menggantinya. Dan benar saja, keesokkan harinya Erza langsung menyodorkan sebuah buku gambar yang masih gerbungkus plastik.
“Ini, ... maaf soal yang kemarin”
“Bukan masalah” Nining menjawab singkat, tangannya dengan cepat meraih buku gambar dengan kepala tertunduk-tunduk, tak mampu menatap lawan bicaranya. Habis, ia sudah gugup duluan.
“Oke ..” Suara cowok itu terdengar canggung. Perlahan Nining mendongakkan kepalanya, dan .. satu .. dua.. tiga detik Nining terdiam melihat cowok itu tengah tersenyum padanya.
Jantungnya berdegup kencang, rasanya ingin sekali Nining menjerit saking terpana pada sosok di hadapannya.
Dan ... sejak saat itulah Nining menyukai Erza.
***
Siang itu, kediaman Bibi Nining di ramaikan kedatangan Fika, Salwa dan Erin. Tadinya, mereka bertiga mau merencanakan kegiatan saat tahun baru. Tapi mendengar cerita Nining, membuat mereka terbelalak.
“Hah?”
Ketiga teman Nining yang sedari tadi asyik memakan gorengan yang disuguhkan, langsung memusatkan perhatian pada Nining.
“Masa gitu doang gak di kasih ijin?” Salwa mengerutkan kening.
“Ih, Norak. Kuno banget” Erin menambahkan.
“Jadi, Bibi kamu malah ngajakin kamu dengerin tausyiah?” Kejar Fika kemudian. Nining mengangguk.
“Gini deh ... aku kasih solusi. Gimana kalau .. Psstt..” terlihat Fika membisikan sesuatu. “Psst..psstt..!”
“Apa gak dosa, Fik?” Nining telihat ragu. Fika menggeleng mantap.
“Demi kebahagiaanmu, kenapa tidak?”
***
Sekarang duah pukul lima sore. Bibi berencana pergi ke Pusdai untuk menghadiri acara Muhasabah pada pukul setengah enam.
Nining dilema. Antara bingung, takut dan juga keinginannya yang kuat untuk bertemu sang pujaan hati. Perlahan tangannya membuka jendela kamar yang menghubungkan ke pekarangan belakang. Ia berencana kabur ke rumah Erin. Jaraknya lumayan dekat, hanya melewati beberapa gang saja.
Dengan hati-hati, Nining menaiki jendela kamar. Namun..
“Masya Allah! Ning ...” pekikan Bibinya membuat Nining terperanjat. Beberapa menit kemudian, Nining tertunduk. Merasa malu karena kepergok mau kabur. Rencana A, Gatot alias Guaaagal Totaaal.
“Ning! eling... kenapa nekat gitu?” Bibinya mengguncang-guncang kedua bahu keponakannya itu. Nining membisu.
“Udah! Sekarang kamu ikut Bibi Muhasabah sampai subuh di Pusdai” Tandas Bibinya kemudian.
“Tapi ..”
Nining lemas seketika. Gimana nih?! Harapannya untuk menikmati Tahun baru layaknya Remaja pada umunya, menguap sudah. Apalagi menikmatinya bersama Erza? ... sekarang hanyalah sebuah angan belaka.
Eits .. Nining menjentikkan jari. Saatnya rencana B..
***
Nining menatap sebuah masjid yang berdiri megah di hadapannya kini. Berwaran cet Krem serta coklat. Tak dapat di pungkiri, ternyata Pusdai begitu indah dan luas.
“Tuh, kan! Gak terlalu buruk, kalau Nining datang ke sini” Sergah bibinya. Nining masih cemberut.
Sebenarnya, begitu banyak acara hiburan selama menunggu tengah malam tiba. Bahkan Nining bisa mendengar suara dangdut yang berasal dari tempat dekat masjid.
Aneh .. gumamnya.
Entah sudah berapa kali, Nining menatap jam tangan mungil yang menghiasi pergelangan tangannya. Masih jam delapan, boseeeen! Jerit Nining. Ia kemudian memutuskan berjalan-jalan mengelilingi luasnya area masjid.
***
Sekumpulan remaja putri berpakaian modis terlihat sedang bersandar di sebuah pohon dekat area masjid. Pakaian mereka begitu kontras dengan remaja yang berlalu lalang dengan pakaian tertutup.
Beberapa pasang mata melihat garak-gerik mereka dengan pandangan aneh. Dan mereka lebih terkejut saat melihat seorang gadis manis berjilbab, mendekati mereka. Terdengar percakapan yang cukup lama di tengah naungan malam.
“Nih ... sekitar jam setengah duabelas nanti kamu ganti baju. Kita bakal nungguin di tempat yang sama” Ujar salah satu dari mereka seraya menyodorkan sebuah bungkusan kresek hitam. Sedangkan gadi berjilbab itu hanya mengangguk.
***
Nining sama sekali tak dapat berkosentrasi dengan tausyiah yang di berikan salah satu pemuka agama. Matanya sesekali melirik ke arah jam tangan.
Begitu kagetnya ia saat melihat waktu yang tertera. Pukul setengah dua belas malam ... ia harus bergegas. Pasti Fika tengah menunggunya.
“Bi ...” Panggil Nining, wajahnya sengaja ia buat agar terlihat seperti orang kebelet.
“Aku ke wc, ya .. Bi”  Bibinya langsung mengangguk.
“Eh, acara utama nya bentar lagi mulai ... jangan lama-lama” pesan Bibinya yang di jawab oleh anggukan oleh keponakannya.
Setelah berhasil keluar dari keramaian di dalam Masjid, Nining melangkah mantap. Hatinya begitu berbunga-bunga.
***
“Nining mana, sih?” Erin sudah tak sabar, menunggu sepotong wajah yang sangat familiar baginya.
“jangan-jangan kejebak di dalam masjid, lagi?” Fika berprasangka.
“Eh ... itu Nining” Ujar Salwa seraya menunjuk seorang gadis manis dengan pakaian yang tertutup. Masih seperti beberapa jam yang lalu.
Ketiga teman Nining menatap heran. Kok masih pakai baju ini? Terlihat dari wajah-wajah mereka yang penuh tanda tanya.
Yang membuat ketiga temannya tercengang, Nining menyerahkan bungkusan kresek hitam sambil tersenyum.
“Maaf, kayaknya aku gak bisa ikut ngerayain tahun baru bareng kalian” Ujar Nining “O, ya. Kalian kayaknya harus buru-buru, deh. Bentar lagi jam dua belas”
Keriga temannya malah terdiam, kebingungan.
***
Erin mencomot pisang goreng dengan bersemangat kemudian melahapnya. Dalam kondisi mulutnya penuh, Erin masih menyempatkan untuk berbicara.
“Eh pas kemarin malam tahun baru. Aku shock banget ngeliat Erza ngegandeng cewek”
“Iya, ceweknya cantik banget. Aduh, mereka tuh malah mesra-mesraan” Salwa menimpali, ia ikut-ikutan mencomot pisang goreng.“Untungnya kamu gak ada disitu. Kita gak tega liat kamu nangis”
“Ah, biasa aja kali” Nining menanggapi dengan cuek. Ketiga temannya saling berpandangan. Kemudian Nining tertawa kecil. Ia teringat kejadian kemarin ...

Nining sebal dengan rok yang ia pakai. Membuatnya tak dapat bergerak bebas, tak dapat berlari. Sedang di tangannya, ia memegang sebuah bungkusan kresek hitam.
Baru saja kakinya melangkah menuju WC, seseorang menegurnya.
“Lho ... jam segini kenapa masih keliaran di luar, neng?” Nining kontan langsung menoleh. Didapatinya sepotong wajah yang membuat hatinya  berdesir. Satu ... dua .. tiga .. empat... lima detik Nining terdiam. Lebih lama di banding ketika melihat Erza.
Makhluk yang ia lihat saat ini adalah seorang cowok berpakaian casual dengan kaos seta kemeja kotak-kotak dan celana hitam. Matanya begitu teduh, wajahnya terlihat berkharisma dan gagah. Yang pasti... Erza sih, lewaat.
“Neng , acara utamanya mau di mulai lho! Ayo cepet, jangan sampai kelewat”
Duar!
Terdengar jelas suara kembang api, seperti melengkapi isi hatinya yang tengah meledak-ledak. Ya .. meledak hingga seindah kembang api..di Malam tahun baru. Begitu indah tanpa harus bersama Erza. Menatap lama lelaki yang berada dihadapannya, Nining merasa puas.
“Eh. Iya, kang” Nining tersadar, kemudian tersenyum. Ia urungkan niatnya untuk menemui Erza dan menyerahkan kembali bungkusan kresek hitam berisi baju untuk dipakainya saat malam tahun baru.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar