Selasa, 10 Desember 2013

Diary Sang Pelajar




1.    Keluarga

Keluarga adalah tempat berteduh seorang anak. Pokoknya Home Sweet Home. Itu yang penting. Kok bisa? Soalnya, ada temanku lho yang dikeluarganya selalu konflik. Hasilnya, dia menjadi anak yang sensitif sekali. Waktu itu aku memandang wajahnya, hanya melihat. Istilahnya, dia tak sengaja terlihat... hehe . Dia langsung sewot, “Apa kamu liat-liat?!” aku langsung berpaling. Pura-pura tak terjadi apa-apa. Yang aku bingung, kok dia bisa seperti itu?... dia pernah bercerita bahwa sekali ibunya marah, sapu lidi bisa menjadi saksi bisu atas pemukulan pantatnya. Meski dia bercerita dengan diselingi tawa, aku dan teman-temanku hanya tersenyum miris. Kasihaaan...
Neneknya juga sama, sama-sama galaknya. Katanya ...
Dia kembali bercerita, dengan gaya kocaknya dan cara bercerita yang diperagakan langsung dalam setiap adegannya. Katanya, suatu hari ia berlibur kerumah neneknya. Ia senang sekali karena katanya di rumah neneknya terdapat kebun Lidah Buaya yang cukup luas. Katanya, ia berencana untuk mengambil Lidah Buaya, untuk perawatan rambut supaya indah. Padahal, jika dipikir-pikir, dia kan cowok, rambutnya pendek, gak usah repot soal ngurusin rambut. Kan hanya keramas, beres. Aku pun tak ambil pusing masalah itu, dia cowok kemayu. So, wajar dong...
Kembali ke rumah Neneknya, dengan gaya sotoy alias sok tau. Ia malah mengambil Daun Lidah Buaya, mentang-mentang kebun Neneknya. Pas Neneknya tau kelakuan sang cucu, betapa marahnya beliau. Tongkat yang tergeletak di dekatnya, langsung di acungkannya dan hasilnya.. pantat temanku kembali berdenyut sakit... sekali lagi. Kasihaaan..
Aku banyak mengunakan “Katanya” karena cerita itu menurut versinya sendiri.
            Begitu banyak anak yang sama-sekali tak bersyukur dengan keutuhan keluarganya. Padahal, kalau sudah tercerai-berai, kau takkan merasakan sntuhan lembut tangan ibu yqang membelai rambutmu. Tak kan lagi terbayang ayah akan mengajakmu pergi berjalan-jalan sambil membelikan es krim.
         

1 komentar: